Mewujudkan Nilai Ukhuwah agar Meminimalisir Terjadinya Miskomunikasi
Ditulis oleh: Razan Khalish
Masalah adalah
suatu pernyataan tentang keadaan yang belum sesuai dengan apa yang diharapkan.
Biasanya sebuah masalah dianggap
sebagai suatu hal yang harus dipecahkan atau diselesaikan.
Kehidupan ini tak luput dari hadirnya sebuah masalah.
Bahkan masalah kerap menjadi tokoh utama dalam berbagai bidang. Misalnya
bisnis, pendidikan, organisasi, dan tentunya masih banyak lagi.
Sebagai seorang pelajar maka sering kali kita akan
menjumpai masalah dalam bidang pendidikan dan organisasi. Masalah tersebut akan
hadir dalam berbagai macam rupa. Bisa dalam pertemanan, manajemen waktu, bahkan
masalah akan kurangnya motivasi yang menyebabkan menurunnya semangat berprestasi.
Jika kita lihat sejenak pemuda-pemuda bangsa kita
tercinta ini, apakah mereka semua sudah siap dalam menangani sebuah permasalahan?
Sering kali solusi yang diambil adalah menempuh jalan keluar yang instan dan
berbau kejahatan. Misalnya datang ke dukun, mengkonsumsi obat-obatan terlarang,
dan bunuh diri. Jikalau seperti ini, maka pemuda-pemuda kita cenderung akan
mencari ruang yang bisa di instanisasi. Padahal Tuhan sudah menganugerahi akal
kepada kita. Dan berfikir (untuk mencari solusi) tidak membutuhkan biaya sama
sekali, alias gratis. Akan tetapi sama seperti hal-hal gratis lainnya yang
hanya membutuhkan waktu dan sedikit usaha. Tinggalah kita menggunakan dan
memaksimalkan pemberian Tuhan kita
Hal tersebut harus menjadi perhatian penting bagi bangsa
ini karena mereka (para pemuda) adalah pemegang estafet kepemimpinan bangsa
Indonesia.
Pada era digital ini, masalah semakin berkembang
wujudnya. Karena siapa saja bisa berinteraksi (dan memunculkan kemungkinan
masalah) kepada siapa saja tanpa terkendala oleh jarak. Di media sosial kita
bisa berselancar kemana saja, kita bisa menjadi siapa saja, dan kita bisa
berbuat apa saja. Kebebasan inilah yang akhirnya menjadi sumber sebuah
permasalahan. Pepatah mengatakan, “mulutmu, harimau mu.” Tangan yang kurang
bijak akan mencelakakan penggunanya dan kepada semua orang yang terlibat.
Ditambah pada masa PJJ atau Pembelajaran Jarak Jauh ini kita semua bergantung kepada media
sosial dalam proses KBM. Tidak menutup kemungkinan bahwa ‘proses pewarisan
ilmu’ juga akan menjadi sumber dari sebuah permasalahan.
Berikut rangkuman dari berbagai permasalahan dan
solusi yang kerap ditemukan dalam dunia pendidikan.
Yang
pertama, Kamu mendapatkan pesan whatsapp dari kawanmu yang seolah-olah intonasi temanmu sedang marah
kepadamu, oleh karenanya pesan tersebut multitafsir untuk diterjemahkan. Karna
hakikatnya pesan tidak bisa menampilkan intonasi omongan seseorang yang sebenarnya.
Siapa disini yang sering kali mengalami kejadian
diatas? Yap betul sekali, pada hakikatnya pesan tidak bisa memunculkan
intonasi, dan pada akhirnya ini akan menyebabkan turunnya frekuensi dalam
berkomunikasi.
Mari kita coba untuk mencari solusinya, mari kita
gunakan akal kita untuk menemukan jalan keluar yang baik!
Solusi yang tepat adalah:
1. Cobalah untuk
menggunakan emoji yang tersedia oleh
platform untuk mengekspresikan emosimu lebih luas lagi. Dengan begini maka
perasaan yang kita tunjukan kepada lawan bicara kita akan lebih spesifik dan meminimalisir terjadinya salah paham.
2. Coba kenali
lawan bicaramu lebih jauh. Dengan begini kita dapat menyesuaikan sikap kita
terhadapnya. Mungkin kita bisa menelfonnya sebagai alat komunikasi yang terbaik
menyesuaikan kepribadian lawan bicara kita dan kita.
Yang
kedua, Saat pertama kali bertemu teman baru via online kamu memiliki
ekspektasi pertemanan yang sangat tinggi. Namun pada kenyataannya kamu sulit
sekali untuk membaur dengan mereka (teman-temanmu).
Kalau ini sih sepertinya lebih sering dialami oleh
teman-teman kita yang tengah beranjak tingkatan pendidikannya. Tentunya bertemu
dengan teman baru akan membuat ekspektasi kita melambung tinggi. Akan tetapi
jika mengetahui sifat atau pribadi teman kita pada kenyataannya yang kurang
memuaskan bagi kita, maka itu akan menciptakan kubangan kecewa pada diri kita,
Solusi yang tepat adalah:
1. Cobalah untuk
tidak menaruh ekspektasi yang tinggi kepada sesuatu yang belum kita ketahui
hakikatnya.
Allah berfirman,
“...sebab itu jangan engkau
memohon kepada-Ku sesuatu yang tidak engkau ketahui (hakikatnya). Aku
menasihatimu agar (engkau) tidak termasuk orang yang bodoh.” QS. Hud ayat
46. Masya Allah, sepertinya kita sudah menemukan solusi yang kedua yaitu,
cobalah bermunajat kepada Allah dalam sunyinya malam seraya mengetuk pintu
langit agar Allah bimbing kita dalam memilih sesuatu yang kita tidak ketahui
hakikatnya.
"Hidup ini keras
dan tak mudah, tapi aku jauh lebih keras dan tak mudah dikalahkan."
“Masalah
adalah ujian pendewasaan. Tidak ada alasan menyalahi orang lain. Benahi diri
dan jadilah pribadi yang dewasa”
“Dialah
Ar-Rahman (Allah) yang hanya akan mengujimu di dunia sebentar, kemudian menghidangimu
dengan nikmat yang tiada tara di syurga-Nya nanti.”
Komentar
Posting Komentar