Cinta Dunia
Ditulis oleh: Ahmad Hafidz Afiatomo
“Hampir saja para umat mengerumuni kalian dari berbagai penjuru, sebagaimana mereka berkumpul menghadapi makanan dalam piring”. Kemudian seseorang bertanya, “Katakanlah wahai Rasulullah, apakah kami pada saat itu sedikit?” Rasulullah berkata, “Bahkan kalian pada saat itu banyak. Akan tetapi kalian bagai sampah yang dibawa oleh air hujan (tak punya arah, hanya ikut ikutan, lemah, padahal banyak jumlah kaum muslimin). Allah akan menghilangkan rasa takut pada hati musuh kalian dan akan menimpakan dalam hati kalian ’Wahn’. Kemudian seseorang bertanya, “Apa itu ’wahn’?” Rasulullah berkata, “Cinta dunia dan takut mati.” (HR. Abu Daud no. 4297 dan Ahmad 5: 278)
Dua hal yang membuat banyak orang sulit untuk melangkahkan kakinya untuk berhijrah, cinta dunia dan takut mati.
Kali ini kita bahas Cinta dunia,
Tapi sebelumnya, apa itu dunia?
Dunia itu menurut para ulama adalah sesuatu yang sangat rendah dan hina, saking rendahnya seperti saat kita sedang berjalan dan menginjak kotoran. Kita akan berkata "Menjijikkan, aku menginjak kotoran", seperti itu pula kita "Menjijikkan, aku menginjak dunia"
Why?
Cek di quran, hadits dan sumber hukum islam dalil dalil yang mengagungkan dunia atau dalil yang memerintahkan kita untuk mengejar dunia. Ga ada, karena memang seperti itulah rendahnya dunia, kalau kita menggali lebih dalam dalil yang ada di quran, contohnya al ankabut ayat 64, dunia itu hanya senda gurau dan main-main.
Tapi, kita harus bedakan dunia dengan rezeki, karena rasulullah memandang hina dunia tapi rasulullah meminta rezeki. Nah masalah dari kebanyakan orang adalah tidak tahu mana dunia dan rezeki sehingga keduanya dicampur adukkan dan menghambat proses hijrah
Kalau dunia adalah perkara yang hina (seperti yang sudah dibahas), bahkan ada seorang psikolog asal amerika bernama Abraham Maslow yang membuat daftar kebutuhan(kepuasan) manusia, salah satunya yang mendasar seperti kebutuhan fisik, makan, minum, buang air dll. ketika kebutuhan mendasar ini terpenuhi maka kebutuhannya akan naik menjadi safety and security, kenyamanan dan keamanan. Dia akan butuh tempat tinggal dll. Kalau sudah terpenuhi, naik lagi menjadi Love and belonging, rasa cinta dan ingin memiliki sesuatu. Kalau sudah terpenuhi pula, maka akan ada self esteem yaitu kepuasan diri. Mulai mencari hobi, contoh sepeda, main golf dll. Kalau sudah terpenuhi apakah cukup? ternyata ada lagi yaitu self actuated yaitu rasa ingin diakui sebagai orang hebat, mulai mendaftar kepada salah satu lembaga agar menjadi terpandang dalam sebuah komunitas masyarakat. Apakah cukup? tidak, menurut Abraham Maslow kebutuhan itu akan berputar dari awal lagi, hanya saja berbeda levelnya. Seperti makan yang tadinya yang penting kenyang. Sekarang harus dipilih mana yang nyaman, mana yang tidak nyaman, platting dipikirin. kalau sudah terpenuhi? akan naik lagi naik lagi, berputar ke awal kemudian naik lagi. Kapan berakhirnya? ketika mati. Ternyata ngejer dunia gada puasnya
Berbeda dengan rezeki,
Rezeki adalah sesuatu yang bernilai manfaat, ga melulu soal nominal yang kita dapatkan. Jika punya kesehatan, keluarga yang supportive, sahabat yang baik, itu adalah rezeki. Maka rezeki adalah Pemberian dari Allah, dan sumber utamanya adalah Allah. Sehingga kalau kita mau rezeki yang lebih baik mintanya ke Allah bukan ke orang/manusia. Maka jika manusia paham konsep rezeki ini, dia akan tinggalkan pekerjaan apapun asal dekat kepada Allah. Namun ada orang yang tidak paham bahwa rezeki itu dari Allah, bukan dari boss sehingga dia menjawab 'demi tuntutan ekonomi, saya ikuti aturan walau melanggar islam'. berapa banyak orang yang melakukan ini dengan alasan tuntutan ekonomi. Tentu ini pemahaman rezeki yang salah.
Ketika kita paham rezeki itu dari allah, maka fokus kita adalah taat kepada allah. selain itu, rezeki berbeda dengan kepemilikan. kita ga harus memiliki sesuatu sebagai rezeki kita. Contoh : Ada motor, surat suratnya milik ortu kita tapi kita bisa pakai. Maka kita ga perlu iri sama org yang punya mobil sampai ga tertampung lagi, punya rekening yang angkanya tak terhitung lagi, Karena yang mereka punya belum tentu itu rezeki mereka sebelum keduanya dimanfaatkan untuk kebaikan dia.
Maka, Rezeki = manfaat bagi diri
Untuk memperoleh rezeki, allah bebaskan caranya untuk kita, melalui jalan taat atau jalan maksiat. Karena hasilnya pasti sama. Allah telah mencatat takdir setiap makhluk sebelum 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi, termasuk 'Ajalnya, jodohnya dan rezekinya'. Maka langkah apapun yang kita tempuh untuk menjemput rezeki itu sama saja. Kalau tahu begini, kenapa masih kerja dgn cara yang buruk?
Yang membedakan adalah jika dijemput dengan cara yang halal maka allah turunkan rezeki sepaket dengan pahala. Jika dengan cara yang haram maka diturunkan rezeki tersebut namun sepaket dengan dosa. Kan rugi jika dapet apa yang telah ditentukan namun tidak sepaket dengan pahala.
Maka aat aja, rezeki ga akan tertukar, pasti Allah bantu
Komentar
Posting Komentar