Mengapa Kita Butuh Agama?

 Kenapa Kita Butuh Agama?

sebuah resume dari Kajian Aqidah Komprehensif

 Ditulis oleh: Ahmad Tomoesan

Sebuah kepribadian, itu berawal dari sebuah informasi -diantaranya media, kejadian, lingkungan dan sebagainya-, kemudian diolah menjadi sebuah pemikiran untuk kita, kemudian pemikiran tersebut diyakini sehingga menjadi sebuah tindakan. Kemudian tindakan tersebut berulang sehingga menjadi habits. Sederhananya, sebuah informasi yang kita olah dapat menjadi sebuah habits. Jika habits ini dikumpulkan maka akan terbentuk sebuah kepribadian manusia yang kemudian kita sebut sebagai Syakhsiyah.



 

Namun, ada kesalahan kesalahan berpikir seorang manusia, misalnya melewati proses pemikiran sehingga sebuah informasi itu langsung diyakini, dan ini yang seringkali disebut sebagai baper. Kesalahan berpikir ini yang kemudian Allah singgung dalam surah Yunus ayat 36 yang berbunyi "Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja. Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran."

 

Kesalahan berpikir atau beraqal lainnya yaitu kebablasan menggunakan aqal -seringnya kita temukan mereka menuhankan akal atau islam liberal- atau yang kedua gak pakai aqal sehingga bablas -seringnya kita katakan orang yang tak memanfaatkan aqal-.

 

Maka perlu diketahui, ada syarat syarat menggunakan aqal atau berpikir

yang pertama, ada informasi atau fakta yang terindera. Misalnya pisang

yang kedua, kita memiliki indra. Misalnya 5 indra, pendengaran, penglihatan, penciuman, peraba dan perasa. Namun, ada dua indra utama, yang tanpanya kita sangaatt sulit mendapatkan informasi. Yaitu pendengaran dan penglihatan, seandainya penglihatan kita hilang, kita tidak dapat mengetahui seperti apa bentuk visualnya. Dan yang lebih sulit adalah ketiadaan pendengaran, yang apabila pendengaran ini hilang, tentu akan lebih sulit mendapatkan informasi. Dua indera ini pula yang seringkali disebutkan dalam Quran khususnya surah Yunus ayat 31

Katakanlah: “Siapakah yang memberi rizki kepadamu dari langit dan bumi? ... atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan?” Maka Katakanlah “Mengapa kamu tidak bertaqwa kepadaNya?!”

yang ketiga, Otak untuk memproses informasi tersebut.

yang terakhir, Informasi sebelumnya, bisa disebut sebagai "Ma'lumat Sabiqoh". Yaitu informasi awal, pertama yang kemudian menentukan dasar pemikiran terhadap sesuatu. Yang berasal dari bacaan, tontonan, apa yang didengar, lingkungan dan pengalaman. Semakin sedikit yang dipunya, maka kesimpulannya-pun akan semakin sempit atau malah tidak bisa mendefinisikannya. Karena semakin banyak membaca, menonton, memahami, mendengarkan, maka akan semakin banyak referensi untuk mendefinisikan sesuatu.

Empat syarat berpikir ini kemudian menjadi syarat mutlak untuk berpikir, tanpanya maka kita bisa mengatakan hal tersebut hanya khayalan atau Prasangka.

Tentu pemikiran pasti memiliki nilai, Diantaranya pasti salah, mungkin benar atau salah, dan pasti benar. Jika kita mendapat informasi dari sesuatu yang tidak kompeten, bukan sumbernya atau bukan ahlinya, belum tentu benar. Maka nilai pemikiran yang pasti benar adalah dengan mengambil informasi langsung dari sumbernya atau ahlinya.




Manusia itu pasti dan akan selalu punya pertanyaan penting, 3 pertanyaan besar, yakni Uqdatul Qubro. Darimana kita berasal, untuk apa kita disini dan akan kemana kita selanjutnya. Daan 3 pertanyaan ini lah yang harus kita tanya kepada sesuatu yang pasti benar agar nilainya pasti benar, yakni Pencipta Manusia, Allah Ta'ala. Maka dari sinilah muncul alasan untuk beragama, karena dengan agama semua pertanyaan bisa terjawab dengan nilai yang pasti benar.

Jika Islam -atau agama- tak pernah ada, maka jawaban atas pertanyaan apapun itu relatif, berbeda dalam sudut pandang manusia. Sebagai contoh, makan kita akan secara acak menggunakan tangan apapun, kanan maupun kiri. Mungkin kita akan buang air dengan posisi duduk atau seenaknya, walaupun ada penelitian tentang posisi buang air paling tepat. Pembagian waris akan sulit karena satu sama lain saling menginginkan harta.

Maka disinilah peran agama, karena tidak semua pertanyaan bisa dijawab dengan aqal maupun dengan hasil yang pasti benar. Dengan agama juga kita mendapatkan jawaban yang pasti benar dengan sumber yang pasti mengetahui dan benar juga. Tanpa dalil, kita tak dapat menemukan hasil yang pasti dan jawabannya akan selalu relatif, dan resikonya jika salah menjawab kita akan sengsara di dunia.

"Jika kamu tidak sanggup menahan lelahnya belajar maka kamu harus sanggup menahan perihnya kebodohan" - Imam Syafi'i.

 

قُلۡ هَلۡ مِن شُرَكَآئِكُم مَّن يَهۡدِيٓ إِلَى ٱلۡحَقِّ قُلِ ٱللَّهُ يَهۡدِي لِلۡحَقِّ أَفَمَن يَهۡدِيٓ إِلَى ٱلۡحَقِّ أَحَقُّ أَن يُتَّبَعَ أَمَّن لَّا يَهِدِّيٓ إِلَّآ أَن يُهۡدَىٰۖ فَمَا لَكُمۡ كَيۡفَ تَحۡكُمُونَ

“Katakanlah: "Apakah di antara sekutu-sekutumu ada yang menunjuki kepada kebenaran?" Katakanlah "Allah-lah yang menunjuki kepada kebenaran". Maka apakah orang-orang yang menunjuki kepada kebenaran itu lebih berhak diikuti ataukah orang yang tidak dapat memberi petunjuk kecuali (bila) diberi petunjuk? Mengapa kamu (berbuat demikian)? Bagaimanakah kamu mengambil keputusan?” (Yunus : 35)

Komentar

Postingan Populer